Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang menggunakan dialek bahasa Melayu. Sampai saat ini, bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik dari segi kosa kata maupun sistem tata bahasanya. Bahasa indonesia merupakan bahasa yang bersejarah, untuk itu sebagai generasi peneruskita perlu mengetahui hal tersebut. Di bawah ini akan saya uraikan sejarah singkat dan perkembangan bahasa Indonesia.

1. Lingua Franca Prakolonial
       Pada saat sebelum kemerdekaan, bahasa Melayu telah digunakan oleh masyarakat sebagai alat perhubungan atau “lingua franca” di seluruh nusantara bahkan di eluruh wilayah Asia tenggara. Bahkan, bangsa bangsa asing yang datang ke Indonesia pun menggunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi dengan masyarakat di nusantara.
       Buktinya adalah dengan adanya beberapa prasasti yang menggunakan bahasa Melayu kuno, yaitu Prasasti Kedukan Bukit (683 M) dan Talang Tuo (684 M) di Palembang, Prasasti Kota kapur (686 M) di Bangka, serta Prasasti Karang Berahi (688 M) di dekat Sungai Musi. Prasasti tersebut di atas merupakan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa Melayu kuno merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat pada zaman Sriwijaya . Selain di daerah Sumatra, prasasti berbahasa Melayu kuno juga terdapat di Jawa yaitu Prasasti Gandasuli (832 M) dan Prasasti Bogor (942 M). Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat dugaan bahwa bahasa Melayu kuno pada saat itu bukan hanya digunakan di Sumatra, melainkan juga digunakan di Jawa.
Beberapa hal yang bersejarah tentang bahasa Indonesia pada masa Lingua franca prakolonial, antara lain :
1.Pada zaman kerajaan sriwijaya, bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, bahasa perhubungan, bahasa perdagangan serta bahasa kerajaan.
2.Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu tetap digunakan sebagai bahasa perhubungan masyarakat Indonesia. Pada masa ini, banyak surat kabar yang diterbitkan dan ditulis dengan bahasa Melayu.
3.Pada tanggal 28 Oktober 1928 saat diikrarkan Sumpah Pemuda, bahasa Melayu telah diubah namanya menjadi “Bahasa Indonesia” oleh seluruh pemuda di tanah air. Sehingga saat itu, bahasa Indonesia telah resmi diakui menjadi bahasa persatuan dan bahasa nasional.
4.Pada masa penjajahan Jepang, pemerintah melarang penggunaan bahasa Belanda. Sehingga bahasa Indonesia dapat digunakan di bidang politik maupun pemerintahan. Bahasa Indonesia juga menjadi bahasa pengantar dalam lembaga pendidikan serta untuk keperluan pengembangan IPTEK.
         Peristiwa peristiwa penting yang berhubungan dengan perkembangan bahasa Melayu di Indonesia, antara lain :
1.Tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2.Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Vommissie Voor De Volcsleetuur (Taman Bacaan Rakyat). Badan ini pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan ini menerbitkan novel (seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan), buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan. Badan ini sangat membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
3.Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini merupakan pidato pertama menggunakan bahasa Indonesia dalam sidang Volksraat.
4.Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia yang kemudian disebut “Bahasa Indonesia”
5.Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
6.Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
7.Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu (Academia, 30/5/18).


2. Lingua Franca Masa Kolonial
       Satu hari setelah diproklamasikan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 telah ditetapkann UUD 1945 yang di dalamnya terdapat salah satu pasal yaitu pasal 36 yang berbunyi “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, sejak saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi negara sehinggadalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan, kenegaraan, pendidikan ataupun fórum resmi harus menggunakan bahasa Indonesia.
       Peristiwa peristiwa penting yang berhubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia masa kolonial, antara lain :
1.Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang Undang dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
2.Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
3.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
4.Tanggal 16 Agustus 1972, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972.
5.Tanggal 31 Agustus 1972, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia .
6.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
7.Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
8.Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta tamu dari Brunai Darussalam, Malaysia, Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia.
Kongres itu ditandatangani dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
9.Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia, Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia (Detik, 12/8/19).


3. Balai Pustaka
Balai Pustaka didirikan dengan nama Commissie voor de Inlansche School en Volkslectuur (bahasa belanda: "Komisi untuk Bacaan Rakyat") oleh pemerintah hindia Belanda pada tanggal 15 Agustus 1908. Lembaga itu berada di bawah naungan Adviseur voor Inlandsch Zaken, atau Biro Penasehat Urusan Pribumi, yang termasuk ke dalam Departement van Onderwijs en Eeredienst, Departemen Pendidikan dan Keagamaan. Kantoor voor de Volkslectuur atau lebih dikenal dengan nama "Balai Poestaka" pada tanggal 17 September 1917.Balai Pustaka menerbitkan kira-kira 350 judul buku per tahun yang meliputi kamus, buku referensi, keterampilan, sastra, sosial, politik, agama, ekonomi, dan penyuluhan.
        Tujuan didirikannya Balai Pustaka ialah untuk mengembangkan bahasa-bahasa daerah utama di Hindia Belanda. Bahasa-bahasa ini adalah bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa melayu dan bahasa madura.
       Ada visi alternatif yang menyebutkan bahwa pendiriannya kala itu konon untuk mengantisipasi tingginya gejolak perjuangan bangsa indonesia yang hanya bisa disalurkan lewat karya-karya tulisan. Berbagai tulisan masyarakat anti-Belanda bermunculan di koran-koran daerah skala kecil, sehingga perusahaan penerbitan ini lalu didirikan Belanda dengan tujuan utama untuk meredam dan mengalihkan gejolak perjuangan bangsa Indonesia lewat media tulisan dan menyalurkan nya secara lebih manusiawi sehingga tidak bertentangan dengan kepentingan Belanda di Indonesia.
       Tujuan lain yang dilakukan oleh Komisi Bacaan Rakyat (KBR) yaitu menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa hal ini juga bertujuan agar rakyat Indonesia buta terhadap informasi yang berkembang di negaranya sendiri.
      Tidak semua usaha yang dilakukan oleh KBR negatif. usaha usaha yang positif antara lain: mengadakan perpustakaan di tiap-tiap sekolah, mengadakan peminjaman buku-buku dengan tarif murah secara teratur, memberikan bantuan kepada usaha-usaha swasta untuk menyelenggarakan taman bacaan, menerbitkan majalah-majalah Sari Pustaka dan Panji Pustaka dalam bahasa Melayu Kejawen dalam bahasa Jawa, dan majalah Parahiangan dalam bahasa Sunda. Selain itu, KBR menerbitkan majalah anak-anak dalam bahasa Melayu, Kanak-Kanak, dan dalam bahasa Jawa, Taman Botjah.
        Langkah maju yang dilakukan KBR, yang telah berhasil sebagai pencetak, penerbit, dan penjual majalah, adalah mengubah KBR menjadi Yayasan Resmi Balai Pustaka pada tahun 1917 (Kompas, 7/3/19).


4. Masa Pergerakan Nasional
        Perkembangan bahasa Indonesia pada masa pergerakan nasional diawali dengan penggunaan bahasa sesuai ejaan Soewandi yang kemudian diperbaiki oleh organisasi pemerintahan pusat dalam memperbaiki bahasa Indonesia bersama dengan bangsa Melayu lainnya seperti Malaysia,Singapura,dll. Bahasa Indonesia pun berkembang menjadi EyD(Ejaan yang Disempurnakan)sejak adanya caturwulan dan kurikulum pelajaran sekolah.Sebenarnya bahasa Inonesia dahulu kala berbahasa Melayu dengan berhuruf Arab Jawi yang dikembangkan dari Persia tetapi memakai bahasa Melayu,tetapi semenjak dilakukannya Sumpah Pemuda dan pergerakan nasional lainnya menyebabkan perbaikan bahasa Inonesia untuk membedakan antara bahasa Melayu dan bahasa Indonesia
           Kebangkitan Nasional telah mendorong perkembangan bahasa Indonesa dengan pesat.Peranan kegiatan politik,perdagangan,persurat kabaran dan majalah sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia.Pada tanggal 28 oktober 1928 para pemuda kita mengikrarkan sumpah pemuda.Naskah Putusan Kongres Pemuda IndonesiaTahun 1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad sebagai berikut
v  Pertama        : kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu,tanah Indonesia.
v  Kedua           :kami dan putra putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,bangsa Indonesia.
v   Ketiga           :kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,bahasa Indonesia.
Dengan diikrarkannya sumpah pemuda,resmilah bahasa melayu yang sudah dipakai            sejak pertengahan abad VII itu,menjadi bahasa Indonesia.
Ada empat faktor yang menjadi penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia, sebagai berikut.
1.        Bahasa melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia,bahasa perhubungan dan bahsa perdagangan.
2.        Sistem bahasa melayu sederhana mudah dipelajari karena dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa,seperti dalam bahasa Jawa(ngoko,kromo) atau perbedaan bahasa kasar dan halus,seperti dalam bahasa Sunda(kasar,lemes).
3.        Suku Jawa,Suku Sunda,dan Suku-suku yang lain dengan suka rela menerima bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.
4.        Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.


5. Masa Proklamasi
       Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya  (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan soewandi) sebagai ejaan van ophuijsen yang berlaku sebelumnya . Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik , meresmikan penggunaan ejaan bahasa yang disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No 57 tahun 1972. Pada tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Salamadian, 14/9/18).


6. Ejaan Van Of Huysen
Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa indonesia.Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan hurif latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
huruf 'j' untuk menuliskan bunyi 'y', seperti pada kata jangpajahsajang.
huruf 'oe' untuk menuliskan bunyi 'u', seperti pada kata-kata goeroeitoeoemoer (kecuali diftong 'au' tetap ditulis 'au').
tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah, seperti pada kata-kata ma'moer‘akalta’pa’dinamaï.
             Huruf hidup yang diberi aksen trema atau dwititik diatasnya seperti äëï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
           Pada tahun 1901 diadakan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali oleh prof.charles van ophhuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Sultan Makmur dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan Ejaan Van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku berjudul Kitab Logat Melajoe. Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan latin untuk bahasa melayu di indonesia.
Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukit tinggi, Sumatra Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leinden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.


7. Ejaan Suandi atau Republik
           Ejaan Republik (edjaan Republik atau edjaan Soewandi) adalah ketentuan ejaan dalam bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini disebut juga dengan edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu. Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
Perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen:
   -Huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe → guru.
   -Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
   -Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
   -Awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
Ejaan ini berlaku sampai tahun 1972 lalu digantikan oleh Ejaan Yang Disempurnakan pada masa menteri Mashuri Saleh. Pada masa jabatannya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada 23 Mei 1972 Mashuri mengesahkan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia yang menggantikan Ejaan Soewandi. Sebagai menteri, Mashuri menandai pergantian ejaan itu dengan mencopot nama jalan yang melintas di depan kantor departemennya saat itu, dari Djl. Tjilatjap menjadi Jl. Cilacap (Tirto, 13/5/16).


8. Ejaan Yang Disempurnakan
              Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul “Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
            Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah”.
Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:
‘tj’ menjadi ‘c’ : tjara → cara
‘dj’ menjadi ‘j’ : djarak → jarak
‘oe’ menjadi ‘u’ : oekoer -> ukur
‘j’ menjadi ‘y’ : sajang → sayang
‘nj’ menjadi ‘ny’ : njamuk → nyamuk
‘sj’ menjadi ‘sy’ : sjarat → syarat
‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir
awalan ‘di-’ dan kata depan ‘di’ dibedakan penulisannya. Kata depan ‘di’ pada contoh “di rumah”, “di sawah”, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara ‘di-’ pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.


9. Ejaan Bahasa Indonesia
Ejaan Bahasa Indonesia(disingkat  EBI adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan EyD adalah:
Penambahan huruf vokal diftong. Pada EyD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei). Penggunaan huruf tebal. Dalam EyD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus (Wiktionary, 24/7/17).



10 . Kesimpulan
           Dapat disimpullkan dari makalah ini, bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu. Bahasa melayu dipilih sebagai bahasa pemersatu (bahasa Indonesia) karena :
Bahasa melayu sudah merupakanlingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdangangan.
Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
Suku jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
Bahasa melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti yang luas.

                         DAFTAR PUSTAKA
Academia (2018) Bahasa dan Sastra
                  Indonesia:Sejarah Perkembangan
                  Bahasa Indonesia pada
                  www.academia.com diakses pada
                  tanggal 2 Januari 2020 pukul 13.47
                  WIB.
Detik (2019) Mengungkap Keistimewaan Bahasa
                  Melayu dari Kolinial Belanda Hingga
                  Kini pada www.detik.com diakses pada
                  tanggal 2 Januari 2020 pukul 13.55
                  WIB.
Kompas (2019) Pergerakan Nasional-Sejarah
                  Bahasa Indonesia pada
                  www.kompas.com diakses pada 2
                  Januari 2020 pukul 14.10 WIB.
Salamadian (2018) Sejarah Perkembangan
                  Bahasa Indonesia pada
                  www.salamadian.com diakses pada
                  tanggal 2 januari 2020 pukul 14.40
                  WIB.
Tirto (2016) Angakatan Balai Pustaka pada
                  https://tirto.id diakses pada tanggal 2
                  Januari 2020 pukul 15.30 WIB.
Wiktionary (2017) Ejaan yang Disempurnakan
                  pada https://id.m.wiktionary.org pada
                  2 Januari 2020 pukul 15.00 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Mini Drama Ada Apa Dengan Cinta

Waspadai Berita Hoax