Waspadai Berita Hoax
Akhir – akhir ini diberbagai sosial media sering kali kita temui beberapa berita yang belum tentu kebenarannya atau hoax. Hoax adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Hoaks bukan sekedar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, namun disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta. Saat ini, hoax sering muncul di internet dan memiliki tujuan untuk menyebarkan kepanikan dan ketakutan massal yang dilakukan oleh sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab (Liputan6, 10/1/19). Hoax bertumbuh-kembang seiring dengan meningkatnya popularitas media sosial. Media sosial memungkinan semua orang menjadi publisher atau penyebar berita, bahkan “berita” yang dibuatnya sendiri, termasuk berita palsu atau hoax. Hoax umumnya bertujuan untuk “having fun” atau humor. Namun, hoax juga bisa dijadikan alat propaganda dengan tujuan politis, misalnya melakukan pencitraan atau sebaliknya, memburukan citra seseorang atau kelompok (Romeltea, 5/9/17). Maka dari itu dibutuhkan kehati – hatian dalam menerima suatu berita atau opini.
Semakin canggih dan berkembangnya media sosial, isu-isu hoax yang beredar di tengah masyarakat semakin menjadi-jadi. Salah satu berita hoax yang beredar ialah Pemutihan Surat Izin Mengemudi ( SIM). Dalam informasi itu, disebutkan bahwa perpanjangan SIM yang sudah mati tidak perlu melalui proses pembuatan ulang lagi. Seperti diketahui, pemerintah sudah menetapkan aturan baru bahwa SIM yang sudah habis masa berlakunya, maka pemiliknya harus membuat ulang lagi. Kepala Seksi SIM Ditlantas Polda Metro Jaya Fahri Siregar, mengatakan, bahwa informasi tersebut adalah hoax atau palsu (Kompas, 10/9/19). Selain itu , beredar juga kabar hoax tentang Viral KLB Difteri Gara-gara Cabe Bubuk. Beredar pesan viral di media sosial yang menyebutkan Jakarta sedang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri yang menyangkiti ratusan pasien. Penyakit tersebut diklaim disebabkan oleh cabe bubuk kering yang sedang populer sebagai bumbu jajanan dan ternyata tercemar kencing tikus.Pihak Dinkes DKI Jakarta telah mengonfirmasi berita tersebut adalah HOAKS lewat akun instagramnya dengan mengunggah isi berita viral tersebut (Detikhealth, 15/10/19). Meski demikian, masyarakat tentunya perlu bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Semakin menyebarluasnya berita hoax, sangat banyak dampak dampak yang terjadi. Dimulai dari yang terkecil, hoax bisa menyebabkan generasi muda tersita waktunya hanya karena saking terlalu sering melihat berita di media sosial. Padahal keberadaan berita itu belum tentu benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Situasi ini kadang-kadang juga mengakibatkan masyarakat lebih banyak meluangkan waktu untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting dan juga belum tentu benar. Selain itu dampak berikutnya yakni dapat memicu perpecahan. Hal ini sudah banyak sekali terjadi di Facebook dengan adanya pertengkaran antara agama satu dengan yang lainnya dan saling menjelekkan (Tribunbali, 4/3/19). Selain itu, Hoax juga memberikan provokasi dan agitasi negative, yaitu menyulut kebencian, kemarahan, hasutan kepada orang banyak (untuk mengadakan huru-hara, pemberontakan, dan sebagainya), biasanya dilakukan oleh tokoh atau aktivitis partai politik, pidato yang berapi-api untuk mempengaruhi massa. Hoax juga merupakan propaganda negative, dimana sebuah upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan mempengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki oleh pelaku propaganda (Republika, 11/4/19). Dengan demikian, kita sebagai pengguna media sosial harus lebih hati-hati dan bijak dalam menggunakan media sosial.
Saat ini berita hoax banyak bertebaran di media sosial, ataupun media yang lainnya. Kita sebagai pengguna harus tetap memperhatikan apakah itu kabar benar atau hoax. Solusi untuk menghindari hoax adalah dengan mencari kebenaran Informasi tersebut lebih dulu, tahan Diri untuk Komentar dan Share (kumparam, 20/4/19). Selain itu kita juga jangan terlalu percaya pada foto dan vidio yang kita lihat. Biasanya kita langsung percaya dengan foto dan video yang kita lihat. Padahal bisa jadi foto atau video tersebut adalah editan. Meskipun sangat meyakinkan, jangan terlalu mudah percaya pada foto atau video yang dibagikan melalui media sosial. Selanjutnya cari dan bandingkan dengan sumber lain. Kika kita membaca sebuah berita dari sebuah sumber namun kurang percaya dengan kebenaran berita itu, sebaiknya cari berita yang sama dari sumber yang lain. Selanjutnya bandingkan, di mana menurutmu berita yang lebih valid dan terpercaya. Setelah itu, jangan terburu-buru membagikan berita tersebut. Di era media sosial sekarang, banyak orang cenderung ingin menjadi sumber pertama yang menyebarkan berita. Kebiasaan ini membuat kita tidak berpikir panjang dalam membagikan berita, padahal belum tentu berita itu benar. Sebelum memutuskab untuk membagikan berita, pastikan terlebih dahulu kebenarannya (RuangMahasiswa, 18/8/19). Maka dari itu, jangan mudah percaya dan tertipu dengan berita-berita hoax.
Dalam kehidupan yang serba teknelogi ini, berita hoax semakin marak dari tahun ke tahun. Maka dari itu, dari permasalahn di atas dapat di simpulkan bahwa kita harus lebih hati-hati dan waspada terhadap suatu berita yang beredar. Masyarakat juga di himbau dengan tidak mudah percaya dengan suatu berita yang beredar. Kita juga harus jeli dalam mengenali ciri-ciri berita hoax, sehingga tidak mudah untuk dipengaruhi oleh berita yang belum jelas kebenarannya. Makan dari itu, kita sebagai pengguna media sosial harus bijak dan pandai dalam menggunakannya agar tidak mudah termakan hoax.
Semakin canggih dan berkembangnya media sosial, isu-isu hoax yang beredar di tengah masyarakat semakin menjadi-jadi. Salah satu berita hoax yang beredar ialah Pemutihan Surat Izin Mengemudi ( SIM). Dalam informasi itu, disebutkan bahwa perpanjangan SIM yang sudah mati tidak perlu melalui proses pembuatan ulang lagi. Seperti diketahui, pemerintah sudah menetapkan aturan baru bahwa SIM yang sudah habis masa berlakunya, maka pemiliknya harus membuat ulang lagi. Kepala Seksi SIM Ditlantas Polda Metro Jaya Fahri Siregar, mengatakan, bahwa informasi tersebut adalah hoax atau palsu (Kompas, 10/9/19). Selain itu , beredar juga kabar hoax tentang Viral KLB Difteri Gara-gara Cabe Bubuk. Beredar pesan viral di media sosial yang menyebutkan Jakarta sedang mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri yang menyangkiti ratusan pasien. Penyakit tersebut diklaim disebabkan oleh cabe bubuk kering yang sedang populer sebagai bumbu jajanan dan ternyata tercemar kencing tikus.Pihak Dinkes DKI Jakarta telah mengonfirmasi berita tersebut adalah HOAKS lewat akun instagramnya dengan mengunggah isi berita viral tersebut (Detikhealth, 15/10/19). Meski demikian, masyarakat tentunya perlu bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi.
Semakin menyebarluasnya berita hoax, sangat banyak dampak dampak yang terjadi. Dimulai dari yang terkecil, hoax bisa menyebabkan generasi muda tersita waktunya hanya karena saking terlalu sering melihat berita di media sosial. Padahal keberadaan berita itu belum tentu benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Situasi ini kadang-kadang juga mengakibatkan masyarakat lebih banyak meluangkan waktu untuk membicarakan hal-hal yang tidak penting dan juga belum tentu benar. Selain itu dampak berikutnya yakni dapat memicu perpecahan. Hal ini sudah banyak sekali terjadi di Facebook dengan adanya pertengkaran antara agama satu dengan yang lainnya dan saling menjelekkan (Tribunbali, 4/3/19). Selain itu, Hoax juga memberikan provokasi dan agitasi negative, yaitu menyulut kebencian, kemarahan, hasutan kepada orang banyak (untuk mengadakan huru-hara, pemberontakan, dan sebagainya), biasanya dilakukan oleh tokoh atau aktivitis partai politik, pidato yang berapi-api untuk mempengaruhi massa. Hoax juga merupakan propaganda negative, dimana sebuah upaya yang disengaja dan sistematis untuk membentuk persepsi, memanipulasi alam pikiran atau kognisi, dan mempengaruhi langsung perilaku agar memberikan respon sesuai yang dikehendaki oleh pelaku propaganda (Republika, 11/4/19). Dengan demikian, kita sebagai pengguna media sosial harus lebih hati-hati dan bijak dalam menggunakan media sosial.
Saat ini berita hoax banyak bertebaran di media sosial, ataupun media yang lainnya. Kita sebagai pengguna harus tetap memperhatikan apakah itu kabar benar atau hoax. Solusi untuk menghindari hoax adalah dengan mencari kebenaran Informasi tersebut lebih dulu, tahan Diri untuk Komentar dan Share (kumparam, 20/4/19). Selain itu kita juga jangan terlalu percaya pada foto dan vidio yang kita lihat. Biasanya kita langsung percaya dengan foto dan video yang kita lihat. Padahal bisa jadi foto atau video tersebut adalah editan. Meskipun sangat meyakinkan, jangan terlalu mudah percaya pada foto atau video yang dibagikan melalui media sosial. Selanjutnya cari dan bandingkan dengan sumber lain. Kika kita membaca sebuah berita dari sebuah sumber namun kurang percaya dengan kebenaran berita itu, sebaiknya cari berita yang sama dari sumber yang lain. Selanjutnya bandingkan, di mana menurutmu berita yang lebih valid dan terpercaya. Setelah itu, jangan terburu-buru membagikan berita tersebut. Di era media sosial sekarang, banyak orang cenderung ingin menjadi sumber pertama yang menyebarkan berita. Kebiasaan ini membuat kita tidak berpikir panjang dalam membagikan berita, padahal belum tentu berita itu benar. Sebelum memutuskab untuk membagikan berita, pastikan terlebih dahulu kebenarannya (RuangMahasiswa, 18/8/19). Maka dari itu, jangan mudah percaya dan tertipu dengan berita-berita hoax.
Dalam kehidupan yang serba teknelogi ini, berita hoax semakin marak dari tahun ke tahun. Maka dari itu, dari permasalahn di atas dapat di simpulkan bahwa kita harus lebih hati-hati dan waspada terhadap suatu berita yang beredar. Masyarakat juga di himbau dengan tidak mudah percaya dengan suatu berita yang beredar. Kita juga harus jeli dalam mengenali ciri-ciri berita hoax, sehingga tidak mudah untuk dipengaruhi oleh berita yang belum jelas kebenarannya. Makan dari itu, kita sebagai pengguna media sosial harus bijak dan pandai dalam menggunakannya agar tidak mudah termakan hoax.
DAFTAR PUSTAKA
Detikhealth (2019) KLB Difteri Gara-gara Cabe
Bubuk pada www.Detikhealth.com
diakses pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 21.25 WIB.
Kumparan (2019) Cara Mengatasi Berita Hiax di
Media Sosial pada www.kumparan.com
diakses pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 21.50 WIB.
Kompas (2019) Pemutihan Sim yang Sudah Mati
pada www.kompas.com diakses pada
tanggal 16 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB.
Liputan6 (2019) Ciri dan Cara Mengatasi Hoax di
Dunia Maya pada www.liputan6.com
diakses pada tanggal 15 Oktober 2019
pukul 11.30 WIB.
Republika (2019) Dampak Berita Hoax pada
www.republika.co.id diakses pada tanggal
16 Oktober 2019 pukul 21.45 WIB.
Romeltea (2019) Makna Hoax pada
www.romeltea.com diakses pada tanggal
15 Oktober 2019 pukul 10.40 WIB.
RuangMahasiswa (2019) Cara Mengatasi Berita
Hoax di Media Sosial pada
www.ruangmahasiswa.com diakses pada
tanggal 16 Oktober 2019 pukul 21.50 WIB.
Tribunbali (2019) Dampak Buruk Hoax dari
Mengaburkan Fakta hingga Timbulkan
Perpecahan pada www.tribunbali.com
diakses pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 22.05 WIB.
Bubuk pada www.Detikhealth.com
diakses pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 21.25 WIB.
Kumparan (2019) Cara Mengatasi Berita Hiax di
Media Sosial pada www.kumparan.com
diakses pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 21.50 WIB.
Kompas (2019) Pemutihan Sim yang Sudah Mati
pada www.kompas.com diakses pada
tanggal 16 Oktober 2019 pukul 21.00 WIB.
Liputan6 (2019) Ciri dan Cara Mengatasi Hoax di
Dunia Maya pada www.liputan6.com
diakses pada tanggal 15 Oktober 2019
pukul 11.30 WIB.
Republika (2019) Dampak Berita Hoax pada
www.republika.co.id diakses pada tanggal
16 Oktober 2019 pukul 21.45 WIB.
Romeltea (2019) Makna Hoax pada
www.romeltea.com diakses pada tanggal
15 Oktober 2019 pukul 10.40 WIB.
RuangMahasiswa (2019) Cara Mengatasi Berita
Hoax di Media Sosial pada
www.ruangmahasiswa.com diakses pada
tanggal 16 Oktober 2019 pukul 21.50 WIB.
Tribunbali (2019) Dampak Buruk Hoax dari
Mengaburkan Fakta hingga Timbulkan
Perpecahan pada www.tribunbali.com
diakses pada tanggal 16 Oktober 2019
pukul 22.05 WIB.
Komentar
Posting Komentar